Buku: Perubahan Nama Suku Lepki Menjadi Rani dan Eksplorasi Nilai-Nilai Budaya Dalam Walnim

Buku ini hadir sebagai sebuah usaha untuk menjelaskan dan mendalami perubahan nama suku yang penting dalam konteks sejarah dan budaya masyarakat Pegunungan Bintang. Sebelumnya dikenal sebagai Suku Lepki, namun masyarakat setempat sepakat untuk mengganti nama tersebut menjadi Suku Rani. Pergantian nama ini bukan hanya sekadar perubahan label, tetapi merupakan refleksi dari kesadaran kolektif tentang identitas dan nilai-nilai yang dipegang oleh masyarakat.

Dalam buku ini, penulis menjelaskan landasan filosofis di balik pergantian nama suku yang mencakup nilai-nilai historis, sosiologis dan teologis. Nama baru, Suku Rani, diharapkan dapat lebih mencerminkan karakteristik dan keberadaan masyarakat setempat. Proses ini menandakan upaya untuk merestorasi identitas yang lebih sesuai dengan realitas budaya dan sosial yang ada.

Salah satu fokus utama buku ini adalah eksplorasi nilai-nilai budaya yang terkandung dalam Walnim (rumah adat suku Rani). Walnim tidak hanya sebagai tempat tinggal, tetapi juga merupakan simbol dari komunitas dan budaya. Penulis menggali berbagai aspek budaya yang terdapat di dalam Walnim, termasuk lagu-lagu tari Tinim Wal, yang memiliki makna dan tujuan tersendiri.

Lagu-lagu tersebut, seperti Kentudul Wal, Bauk Wal, Yel Wal dan Walner bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga merupakan sarana untuk mengungkapkan nilai-nilai kebersamaan, identitas dan tradisi yang telah ada sejak lama. Melalui tarian dan lagu-lagu ini, generasi muda diharapkan dapat memahami dan melestarikan warisan budaya yang sangat berharga.

Dengan hadirnya buku ini, diharapkan masyarakat suku Rani dapat mempertahankan nilai-nilai warisan budaya yang saat ini berada dalam ancaman kepunahan. Buku ini juga berfungsi sebagai bahan pembelajaran muatan lokal di sekolah-sekolah, memberikan wawasan kepada generasi muda tentang pentingnya menjaga dan menghargai kebudayaan mereka.

Sebagai panduan hidup, buku ini menjadi pegangan bagi masyarakat suku Rani untuk terus melestarikan budaya mereka di Tanah Papua, sekaligus membangun jati diri yang kuat dalam menghadapi pengaruh luar. Dengan demikian, buku ini bukan hanya sekadar dokumen, tetapi juga sebuah harapan untuk kelangsungan budaya dan identitas suku Rani.