Buku: Orang Papua Stop Menjual “Mama” Tanah Papua

Buku ini mengangkat tema penting mengenai kekayaan dan nilai sakral tanah, yang dipandang oleh masyarakat adat Papua sebagai “mama” atau ibu. Tanah Papua bukan hanya merupakan sumber kehidupan, tetapi juga simbol jati diri dan perjuangan orang Papua. Setiap suku di Papua memiliki karakteristik budaya yang unik, serta pemaknaan yang beragam terhadap alam.

Melalui judul yang provokatif, “Orang Papua Stop Menjual ‘Mama’ Tanah Papua”, penulis menyerukan perlunya penyelamatan tanah sebagai entitas sakral yang harus dijaga, bukan diperjualbelikan. Fenomena perdagangan tanah yang marak terjadi di Papua menjadi fokus utama buku ini, yang dianggap bertentangan dengan penghormatan yang seharusnya diberikan kepada tanah sebagai “mama”.

Buku ini merupakan sebuah seruan dari orang Papua, serta dukungan dari non-Papua yang memiliki perhatian terhadap tanah Papua. Dengan menekankan nilai-nilai seperti “sakralitas”, “semangat”, dan “perjuangan”, penulis ingin mengajak pembaca untuk merenungkan masa depan Tanah Papua yang ditentukan oleh masyarakatnya sendiri. Orang Papua adalah pemilik sah dan ahli waris tanah ini dan memiliki tanggung jawab untuk melestarikannya.

Dokumentasi seruan ini penting agar tidak hanya menjadi suara yang hilang seiring waktu. Penulis berharap, buku ini dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang fenomena penjualan tanah dan mendorong aksi kolektif untuk menjaga dan melindungi Tanah Papua. Karya ini bukan hanya sekadar seruan, tetapi juga merupakan upaya untuk mendefinisikan kembali hubungan antara orang Papua dan tanah yang dihuni sebagai bagian dari identitas dan masa depan yang lebih baik.