Buku “Het Witte Hart van Nieuw-Guinea” yang ditulis oleh Dr. L.D. Brongersma dan G.F. Venema tahun 1960 memberikan sebuah gambaran mendalam mengenai ekspedisi besar-besaran yang dilakukan oleh Belanda pada tahun 1959 di wilayah Pegunungan Bintang, sebuah area terpencil dan sulit diakses di tengah Pulau Papua (dulu bagian dari Nugini Belanda, sekarang Papua Indonesia). Sebelum ekspedisi ini, daerah ini masih merupakan “titik putih” pada peta, di mana sedikit sekali yang diketahui tentang tanah, masyarakat, flora, atau fauna di wilayah tersebut. Buku ini menyoroti kesulitan yang dihadapi tim ekspedisi saat menjelajah wilayah yang hampir tak tersentuh oleh peradaban modern.
Para penulis menggambarkan wilayah ini sebagai “hati putih” bukan hanya karena sedikitnya informasi yang tersedia tentangnya, tetapi juga karena keberadaan salju abadi di puncak pegunungan tertinggi, Julianatop (sekarang Puncak Mandala). Mereka mendeskripsikan tantangan berat yang harus dihadapi tim, mulai dari kondisi cuaca yang buruk, hutan tropis lebat yang sering kali gelap karena sinar matahari jarang mencapai permukaan, hujan deras yang tiada henti, serta gangguan dari lintah, lumpur dan sungai yang deras. Selain itu, berbagai permasalahan logistik seperti cuaca buruk yang menyebabkan pesawat mengalami kerusakan, kecelakaan helikopter, serta kurangnya tenaga pengangkut juga mempersulit misi ekspedisi ini. Meskipun berbagai hambatan tersebut, tim ekspedisi terus maju, berhasil mendaki puncak Antaresgebergte dan Julianatop, serta menyeberangi pulau dari dataran rendah di selatan hingga Hollandia (sekarang Jayapura) di pantai utara.
Dalam perjalanan ini, para peneliti mengumpulkan berbagai data penting tentang topografi, geologi, serta flora dan fauna di daerah tersebut. Salah satu hal yang paling menarik adalah interaksi dengan penduduk asli, yang digambarkan sebagai momen yang penuh tantangan dan kejutan. Penduduk lokal yang primitif, dengan cara hidup yang masih sangat tradisional, memberi para peneliti wawasan tentang budaya, bahasa, dan kebiasaan mereka, serta memperkaya pemahaman para peneliti tentang masyarakat di wilayah yang hampir tidak tersentuh oleh dunia luar.
Buku ini juga mencatat kontribusi banyak pihak yang mendukung suksesnya ekspedisi ini, termasuk pemerintah Belanda dan berbagai institusi ilmiah, seperti Maatschappij voor Wetenschappelijk Onderzoek in de Tropen dan Koninklijk Nederlandsch Aardrijkskundig Genootschap. Dukungan lokal di Nugini Belanda juga disebutkan, terutama dari Gubernur Nugini Belanda saat itu, Dr. P.J. Platteel, serta berbagai pejabat pemerintah lainnya.
Secara keseluruhan, “Het Witte Hart van Nieuw-Guinea” adalah kisah petualangan ilmiah yang mencerminkan tantangan besar dalam mengeksplorasi wilayah yang belum terjamah, sekaligus menyoroti hasil yang signifikan dari sudut pandang ilmiah. Meskipun buku ini berfokus pada pengalaman pribadi para penulis dan peserta ekspedisi, temuan ilmiah yang dikumpulkan selama perjalanan ini dianggap sebagai harta berharga untuk memahami lebih lanjut tentang wilayah Sterrengebergte (Pegunungan Bintang) dan masyarakat di sekitarnya. Penelitian lebih lanjut dari data yang dikumpulkan dalam ekspedisi ini kemudian diterbitkan di jurnal ilmiah Nova Guinea.
Download buku melalui link berikut ini: https://www.papuaerfgoed.org/sites/default/files/collectie/files/2007-02/Brongersma_1960_witte.pdf