Buku Matek Weron merupakan karya kolaboratif yang ditulis oleh dua penulis yang memiliki keterkaitan mendalam dengan suku Ngalum Ok. Penulis pertama adalah putra asli suku Ngalum Ok yang saat ini berprofesi sebagai dosen di Universitas Kristen Satya Wacana, sedangkan penulis kedua merupakan tokoh agama, adat dan masyarakat di Pegunungan Bintang. Kombinasi perspektif ini memberikan kedalaman dan keaslian dalam menjelaskan sistem perdamaian yang dianut oleh masyarakat Ngalum Ok.
Gagasan pokok dari buku ini adalah untuk menggali dan menyajikan konsep perdamaian yang diyakini oleh masyarakat suku Ngalum Ok. Penulis menyajikan pemahaman tentang perdamaian yang tidak hanya sebagai ketiadaan konflik, tetapi juga sebagai suatu keadaan harmonis yang mencakup aspek sosial, budaya dan spiritual. Dalam konteks ini, perdamaian dilihat sebagai suatu nilai yang harus dipelihara dan dijunjung tinggi oleh setiap individu dalam masyarakat.
Buku ini juga mengidentifikasi berbagai jenis konflik yang sering terjadi dalam masyarakat suku Ngalum Ok, disertai dengan contoh kasus yang konkret. Dengan cara ini, pembaca diajak untuk memahami akar penyebab konflik serta dampaknya terhadap masyarakat. Penjelasan ini penting untuk memberikan konteks bagi pembaca tentang bagaimana masyarakat Ngalum Ok mengatasi permasalahan mereka.
Salah satu bagian paling menarik dalam buku ini adalah pemaparan mengenai Matek Weron, yang merupakan konsep sistem perdamaian yang unik bagi suku Ngalum Ok. Penulis menjelaskan bagaimana sistem ini berfungsi dalam menjaga kedamaian dan mencegah terjadinya konflik di antara anggota masyarakat. Matek Weron tidak hanya sekadar metode penyelesaian konflik, tetapi juga merupakan filosofi yang mengajarkan pentingnya nilai-nilai seperti toleransi, keadilan dan penghormatan terhadap tradisi.
Buku ini tidak berhenti pada teori, tetapi juga menawarkan rekomendasi praktis untuk mengintegrasikan nilai-nilai Matek Weron ke dalam berbagai aspek kehidupan, seperti pesta politik, agenda pembangunan daerah, dan penyelesaian kasus hukum. Penulis berharap bahwa penerapan nilai-nilai ini akan membawa dampak positif dalam menciptakan stabilitas sosial dan budaya di Tanah Papua. Selain itu, integrasi nilai ini juga bertujuan untuk mendukung pelestarian budaya lokal yang sedang digalakkan oleh masyarakat adat dan pemerintah daerah.
Dengan demikian, buku Matek Weron bukan hanya berfungsi sebagai referensi akademis, tetapi juga sebagai panduan praktis untuk memahami dan mengimplementasikan nilai-nilai perdamaian dalam kehidupan sehari-hari. Buku ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pengambil kebijakan dan masyarakat luas dalam upaya menciptakan Papua sebagai Tanah Damai, serta memperkuat pelestarian budaya lokal yang kaya akan nilai-nilai luhur.